Aku Pernah Patah Hati

Nada itu terdengar hampa.
Bisakah kau mendengarnya?
Aku, tidak bermaksud apa-apa.
Hanya mencari sesuatu yang telah lama melupakanku.
    Aku ingin mengajakmu nostalgia, mau?
Dulu, kita adalah sepasang kekasih.
Aku adalah pujangga di atas tinta.
Kau adalah pembaca puisi emasku.
    Ingatkah kau hari-hari bersimbah kenangan itu?
Saat canda dan tawa kita ukir lewat indahnya senja.
Lalu aku rangkum dalam sketsa pagi.
Agar keindahannya tetap terpancar, meski matahari enggan lagi bersinar.
   Tapi semenjak hari itu, kau pergi.
Lalu, cinta sejatiku tiba-tiba tidak ada.
Kurobek lembar demi lembar kenangan itu.
Dengan harapan kisah ini lebih cepat berlalu.
   Kemudian, aku pergi melanjutkan hidup.
Pergi ke tempat dimana nafas kita tak mungkin bertemu.
Tapi, setiap kali aku mencari sebab pulang.
Kenapa sebab itu selalu berhenti di kamu?
    Kau, memulai hidup baru dengan memotong kehadiranku.
Aku, sendiri bergerilya menggandakan perasaanku.
Kucabik-cabik langit malam, terlihat lagi namamu.
   Lalu, kupanahkan namamu.
Katakan bila engkau ingin mengenyahkanku dari kepalamu.
Katakan kau ingin mengusirku jauh-jauh dari benakmu.
Kecuali kau diam-diam menikmatinya.
Mencintaiku secara sembunyi-sembunyi.

5 Mei 2014. Aku pernah patah hati…


0 komentar:

Posting Komentar